Kepala Desa Cilengkrang (Ohen) dan Anaknya Seorang Anggota DPRD Kab. Sumedang Diduga Aniaya Anak Dibawah Umur

SUMEDANG, Joernalinakor.com – Kepala Desa Cilengkrang Suhenda alias Ohen bersama anaknya Roy Mahendra yang juga seorang anggota DPRD Kabupaten Sumedang dari Partai Golkar diduga keduanya terlibat penganiayaan anak di bawah umur.
Paman korban yang bernama Deni dan Ayah Korban Didip Sura Praja saat diminta keterangan di Mako Polres Sumedang membenarkan jika anak dan teman anaknya dipukuli oleh (Ohen) panggilan akrab Kepala Desa Cilengkrang dan Roy seorang anggota DPRD Kabupaten Sumedang yang juga sebagai anak Ohen.
“Anak kami beserta teman-temanya digiring dan di masukin ke Balai Desa kemudian mereka dipukul oleh oknum kepala desa dan anggota DPRD tersebut,” ucap Didip kepada jurnalis, Sabtu (10/07/2021).
“Awal kejadian telah terjadi kecelakaan Lalu Lintas tabrakan antar Kendaraan mobil anak kami dan mobil Kepala Desa Cilengkrang, kecelakaan di jalan tersebut tidak ada korban dan hanya kedua kendaraan mobil yang rusak, kami sebagai orang tua korban siap untuk memperbaiki dan bertanggung jawab dan ganti rugi, dan apabila anak-anak kami yang salah silahkan diproses secara hukum bukan main hakim sendiri,” ucap Didip kembali.
“Kami sebagai orang tua tidak terima jika anak kami dipukuli secara main hakim sendiri oleh oknum Kepala Desa Cilengkrang dan oknum Anggota DPRD Kabupaten Sumedang, bahkan kepala Desa Cilengkrang (Ohen) dan Anggota DPRD Kabupaten Sumedang (Roy) menantang seakan-akan mereka kebal hukum dengan mengatakan, silahkan laporkan ke polisi saya tidak takut.” Jelas Didip Kembali.
“Di Dalam mobil anak kami semuanya 4 orang, 2 orang laki-laki( Aril Winaguna praja 17 tahun kurang, Deden Nandang Kurnia,17 tahun dan 2 orang perempuan (Heliana Putri Ayuh, 17 tahun dan Wina 17 Tahun) semuanya ikut menjadi korban penganiayaan dan HP milik mereka juga dirampas,” jelas Didip.
Saat ini kata ia, mereka masih diperiksa Kanit PPA karena para korban di bawah umur dan kalaupun anak Didip dikatakan kabur itu tidak benar. Mereka bergeser ke lebih terang sebab jalan tersebut gelap. Apalagi, anak-anak yang ada dalam mobil tidak ada yang melarikan diri.
“Kami sebagai orang tua tidak terima atas perlakuan Oknum anggota DPRD serta Kepala Desa Cilengkrang tersebut, (kepala Desa Cilengkrang adalah orangtua Oknum DPRD yang berinisial R). Seorang kepala Desa perpanjangan tangan pemerintah seharusnya menjadi contoh dan panutan bagi Masyarakat tanpa membeda-bedakan,” tegasnya.
Apalagi papar Didip, seorang anggota DPRD yang benar-benar wakil Rakyat harus memberikan contoh bagi masyarakat. Sebagaimana yang ia sampaikan diatas, walaupun anaknya menabrak mobil kepala Desa tersebut bisa diselesaikan secara kekeluargaan dan sebagai orang tua siap memperbaiki kendaraan tersebut.
“Kejadian tabrakan ini di wilayah Garut perbatasan Sumedang, namun kejadian penganiayaan di wilayah Hukum Polres Sumedang, sehingga saya sebagai orang tua Korban melaporkan ke Polres Sumedang,” ujarnya.
Selanjutnya keterangan yang kami (jurnalis) dapatkan dari Anggota DPRD yang berinisial R mengaku tidak melakukan penyekapan dan penganiayaan terhadap anak-anak saudara Didip, tapi ia mengamankan di balai desa, apalagi pelaku melarikan diri.
“Kami mengamankan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, silahkan korban melaporkanya dan saya pun punya asumsi,” terang R.
“Pelaku tabrak lari sudah kami laporkan ke Polres Garut, karena kejadian di Wilayah Hukum Polres Garut antara perbatasan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut,” tambahnya.
Anggota DPRD Partai Golkar tersebut mengirimkan WhatsApp pukul 07.00 wib, kemudian ditelpon oleh kakaknya.
Kemudian dalam obrolan tersebut mengatakan, bahwa mobilnya ditabrak lari di daerah Malangbong dan sudah menelpon ke beberapa orang. Sebelum menelpon, ia minta tolong agar mencegat mobil Calya warna abu abu yang arahnya ke daerah Wado.
“Saya bilang nanti saya menyusul karena saya sedang rapat di rumah dengan bapak saya dan aparat desa membahas tentang PPKM,” ucap RM.
Kemudian beberapa saat ia mendapat telepon dari julisi desa bahwa orang yang menabrak dengan ciri ciri mobil tersebut sudah di cegat, namun karena massa yang banyak kulisi desa mengambil inisiatif untuk mengamankan orang tersebut di kantor desa dan di kunci supaya tidak ada yang masuk.
“Setelah telepon ditutup, kami memutuskan untuk segera berangkat ke kantor desa. Pas saya sampai di kantor desa benar orang tersebut sudah ada di dalam kantor desa dan dikunci, ada dua anak laki laki dan dua anak perempuan,” bebernya.
“Langsung saya dan bapak saya masuk ke dalam berdua, menanyakan identitas yang ternyata masih umur 17 tahun dan belum mempunyai identitas. Pengendara mobil tersebut pun belum punya SIM,” jelas RM.
Kemudian kata ia, karena umurnya masih dibawah umur lalu menyuruh anak tersebut menelpon keluarganya, ternyata anak tersebut menelpon. sebelum RM datang ke kantor, anak itu menelepon orang tuanya jika dia dalam posisi berhenti di pinggir jalan ditabrak.
“Kemudian dipukul, tak lama selang kurang lebih kira kira 10 menit keluarganya datang sekitar 5 orang, bawa polisi pakaian preman langsung ngamuk ngamuk dan mencak mencak marah, karena mendengar laporan dari anaknya bahwa di pukulin dengan posisi mobilnya sedang diam di pinggir jalan,” jelas RM.
Setelah dijelaskan kejadian kronologisnya adalah tabrak lari, akhirnya pihak keluarga sadar bahwa anaknya mengadu tidak sesuai kronologis, bahkan pihak keluarga meminta maaf karena mendengar berita sepihak dari anaknya.
Adapun kata keluarganya anaknya ada yang memukul kami tidak tahu, karena posisi RM belum datang dan kalaupun ada dibilang silahkan saja laporkan, yang akhirnya sekitar setengah jam kemudian pihak laka dari Polsek Malangbong Garut dan Polsek Wado pada datang.
“Setelah ngobrol sekitar 10 menit, Polsek Malangbong dan laka dari Garut mengarahkan korban tabrak lari, dan kakak saya termasuk dua unit mobil dibawa oleh pihak laka dari Garut, yang satu pake derek yang satu dipakai oleh pihak kepolisian, karena masih bisa dipakai, setelah itu kami bubar. Nanti bukti laporannya kirimkan karena hp Kakak saya belum aktif,” pungkasnya. (MOJI)